Ketika Boni masih
mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia sama sekali tidak
tertarik dengan bola besi yang ada dihadapannya. Akan tetapi menjelang kelas 3
SMP, ia pun mempunyai ketertarikan untuk memiliki bola besi. Hal tersebut
terjadi karena adanya keinginan untuk masuk di Sekolah Menengah Akhir (SMA)
favorit. Untuk kondisi bola besi yang sekarang dipegang oleh Boni tidak begitu
panas. Dengan usaha dan kerja kerasnya, ia pun diterima disalah satu SMA
favorit di kotanya.
Setelah
Boni diterima di SMA yang dia inginkan, bola besi yang dipegangnya pun berubah
ukurannya sedikit membesar dan bermotif berbeda dengan tujuan untuk
merealisasikan mimpinya yang lain. Semua bola besi yang ada, memang terasa
hangat, bahkan ada bola besi yang lambat laun akan terasa panas sekali jika
dipegang. Ketika di dunia SMA, Boni memiliki keinginan untuk menjadi seorang
pemimpin yang bebas dari suap, tetap memegang keadilan, dan berada dijalan yang
lurus. Hal tersebut diterapkannya ketika ia menjadi ketua Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS), ia tetap memiliki pandangan untuk menjadi pemimpin yang
diinginkannya. Semasa ia SMA, bola besi pun menjadi lebih panas jika
dibandingkan ketika ia SMP.
Ketika Boni sudah memasuki dunia kampus, ia tetap memegang
bola besi itu, meskipun terasa panas, tetap ia pertahankan. Kini dia sudah menjadi
seorang ketua di Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM). Ketika menjabat bola besi
yang dipegangnya begitu terasa panas, berbagai tekanan dari keluarga, kewajiban
kuliah, anggota diorganisasi, dan ekternal kampus menyebabkan bola besi yang
dipagangnya terasa begitu panas, akan tetapi ia tetap berusaha untuk
memegangnya.
Setelah lulus dari kampus, ia tetap ingin menjadi orang
yang bebas dari suap, berdiri diatas keadilan, dan berjalan dijalan yang lurus.
Tantangan semakin bertambah, sebulan dua bulan setelah lulus, bola besi tidak
menunjukan penambahan suhunya. Namun setelah tiga bulan keatas bola besi itu
mulai menunjukan perubahan suhu yang semakin panas. Banyaknya tekanan, gengsi,
dan tidak enak terhadap orang tua karena belum mendapatkan pekerjaan menjadikan
bola besi itu semakin panas. Bahkan suhunya terus bertambah, ketika ia diajak
untuk memberikan suap kesalah seorang pejabat, dengan tujuan untuk mendapatkan
pekerjaan yang diinginkannya. Sekarang Boni diantara dua pilihan, antara
mempertahankan bola besi itu tetapi tidak mendapatkan pekerjaan atau membuang
bola besi itu tapi mendapatkan pekerjaan dengan cara curang. Dengan ketabahan
hati, ia milih untuk tetap mempertahan bola besi itu.
Setelah lulus dan hampir setengah tahun mempertahan bola
besi, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan dengan cara yang diinginkannya. Akan
tetapi, makin tua bola besi itu semakin terasa panas untuk digenggamnya.
Setelah satu tahun bekerja di perusahaan swasta yang berada di Ibukota, bola
besi yang dipegang Boni terasa begitu sangat panas. Karir yang tidak menunjukan
perkembangan menjadi lebih baik, menjadikan bola besi itu terasa semakin panas
dari sebelumnya. Tawaran dan ajakan untuk melakukan jalan pintas agar
mendapatkan karir yang cepat silih berganti menghampiri Boni, yang berdampak
bola besi semakin panas digenggamannya. Namun, ia tetap bersabar agar bola besi
yang dipagangnya sejak lama tidak lepas begitu saja, ia pasrah dengan keadaan
yang terus menekannya.
Memasuki usia menikah, Boni pun segera menikah dengan
seorang wanita yang dicintainya. Acara yang diadakan tidak begitu meriah karena
dana yang ada pun begitu pas-pasan. Akan tetapi, demi menjalankan niat sucinya,
ia tetap melaksanakan acara pernikahan dengan sang wanita idamannya. Setelah satu
tahun menikah, sang istri pun sudah siap untuk melahirkan anak pertama. Segala
kebutuhan persalinan, pakaian bayi, makanan, susu, popok, dan lain-lain mulai
menuntut Boni agar mewujudkan itu semua. Sementara isi dompet Boni masih belum
bisa mewujudkan itu semua. Tiba-tiba ada seorang temannya untuk mengajak Boni
agar menjadi orang yang curang agar karir dan keuangan Boni bisa meningkat.
Bayangkan saja, ia ditawari bermain curang dengan cara menyuap dan kedepannya
ia pasti akan mendapatkan uang yang begitu banyak dan melimpah. Bola besi itu
kembali terasa sangat panas sekali ditangannya, sekarang ia dihadapkan dengan
dua pilihan lagi. Pertama, jika ia membuang bola besi itu, ia akan mendapatkan
kebahagian karena mampu memenihi segala kebutuhan keluarganya. Kedua, jika
mempertahankan bola besi yang semakin panas, ia tidak akan bisa memenuhi
seluruh kebutuhan hidup keluarga kecilnya. Pilihan yang sangat sulit. Dengan
pemikiran yang matang, ia memutuskan untuk tetap mempertahankan bola besi yang
sudah mulai membakar tangannya. Berkat kesabaran, keiklasan, dan pasrah kepada
Sang Pencipta hampir semua kebutuhan keluarga kecil Boni bisa terpenuhi,
meskipun bola besi ini terasa panas dan ingin sekali Boni membuangnya.